Penulis : Ust.H.Abdul Azis Faradi, M.Pd.
( Ketua Takmir Masjid Al Muhajirin Karang Kuripan Baru)
Bulan puasa Ramadhan selesai. Satu bulan lamanya digembleng arti kesabaran dan kuat menghadapi godaan. Satu bulan menjadi momentum bersih diri ( introspeksi diri) dalam makna personal.
Selesai bulan Ramadhan kita bertemu hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Momentum dalam situasi bulan Syawal 1446 H menjadi ruang saling bermaaf-maafan dan salaman serta menjalin silaturrahmi dengan keluarga serta masyarakat serta Momentum bersih diri dalam makna komunal kolektif.
Sabda Rasulullah Saw:
تَصَافَحُوا يَذْهَبِ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبِ الشَّحْنَاءُ
“Bersalamanlah kamu, ia menghilangkan dengki. Saling memberi hadiahlah kamu, maka kamu akan berkasih sayang dan menghilangkan permusuhan”. (HR. ad-Dailami dalam Musnad al-Firdaus).
Idul Fitri sebagai Ruang Ishlah ( perbaikan ) dan kebersamaan dibangun melalui " Tradisi Roah Bareng" refleksi nilai-nilai kebersamaan dan gotong -royong tandas H Mashuri Kadus Kr.Kuripan Baru desa Kediri.
Allahu Akbar, Wa Lillahi hamdu. Suara pujian untuk Allah Maha Penguasa alam semesta. Malam ini puji-pujian kepada Tuhan terdengar dari setiap surau dan masjid. Sungguh indah menggemari di sepanjang hari memasuki malam 1 Syawal 1446 H.
Suasana Idul Fitri ditandai dengan lantunan takbir kepada-Nya. Sungguh suasana yang penuh khidmat dan menjadi pertanda bahwa hidup masih dipenuhi dosa.l kita banyak memuji atas keagungan dan Kevesar-Nya serta moment membersihkan dosa salah satunya dengan saling memaafkan antar sesama kita.
Dalam konteks sosial, Idul Fitri merupakan ruang ishlah dalam rangka memperbaiki hubungan antar manusia. Jalinan hubungan yang selama ini bisa jadi ada gesekan yang tidak beraturan, kesalahfahaman atau mungkin cekcok berkepanjangan. Maka melihat Idul Fitri sebagai tempat kita berdamai, meluruskan kesalahan dan introspeksi antar anak Adam.
Sungguh momentum yang akan berdampak pada nilai-nilai positif kemanusiaan. Jejalin sosial kembali dirajut. Kebersamaan kembali dikondisikan untuk membaik dan menemukan solusi bagi arti persatuan. Momentumnya adalah ishlah.
Tuhan akan membersamai cinta kasih antar makhluk ciptaannya. Nilai-nilai toleransi, tenggang rasa dan gotong royong adalah harapan besar bagi lahirnya peradaban yang lebih baik. Sebab majunya peradaban salah satunya ditandai oleh skema persatuan, solidaritas dan kekompakan kita di masyarakat.tandas H.Abdul Azis Faradi, M.Pd.
Nikmat Tuhan akan terus kita syukuri sebagai manifestasi dari cara kita berbangsa dan bernegara. Logika kemanusiaan adalah usaha besar dalam memastikan pembangunan negeri ini berkelanjutan. Bersama kita mampu untuk menyokong peradaban yang lebih maju dengan maksud serta niat ibadah menuju rahmatan lil alamin.
Pada konsepsi kepemimpinan Bangsa Indonesia hari ini, kita bersama meyakini bangsa besar ini akan bertumbuh lebih baik. Kita kembali berbaikan. Kita bersama sepakat bahwa ketaatan pada Ulil Amri (pemimpin) adalah ikhtiar kita untuk menuju Indonesia Emas 2045 . Maaf Lahir dan Bathin buat Pembaca Setia Amiin.