Lombok - Masyarakat suku Sasak menyebutnya dengan Perang Topat , Ritual Tradisi ini berlangsung di Taman Kemaliq Lingsar , telah menjadi simbol keharmonisan antar sesama dalam menyapa Semesta
Perang Topat memiliki makna dan arti tersendiri bagi masyarakat pulau Lombok, baik itu sejarah para leluhurnya yang telah mengajarkan arti dari toleransi yang sampai saat ini dan masih terjaga oleh masyarakat
Kabid Kebudayaan Dikbud NTB Lalu Abdurrahim atau yang akrab disapa mik Ahim sangat mengapresiasi wujud realitas keberagaman dan keharmonisan antar sesama ,disisi lain Ummat yang beragama Hindu melaksanakan Ritual Pujawali di area Pura ,Namun disebelahnya Masyarakat Sasak juga melaksanakan Ritual Adat Tradisi untuk mengenang atau Haul Sang Waliyullah, di Taman Kemaliq Lingsar ,kegiatan secara bersama sama ini sudah lama berlangsung ,dua warna yang beda namun dalam bingkai Toleransi beragama sebagai ciri khas keunikan pulau Lombok.
"PERANG TOPAT " ini adalah merupakan Peristiwa Budaya yang diabadikan menjadi Hasanah Tradisi yang terjaga dan dilaksanakan secara terus menerus setiap tahunnya sehingga menjadi even Budaya yang Unik ,karna keberterimaan dan kebersamaan Masyarakat antara Ritual Adat di Kemaliq oleh Suku Sasak atau Haul seorang Mubalig beragama Islam bernama Raden Sumilir yang di Yakini sebagai Waliyullah” ucapnya kepada media.
Ia menceritakan, di Taman Lingsar tersebut ada juga bangunan Pura untuk tempat beribadah Umat Hindu dan di area Kemaliq oleh Umat Muslim Sasak adalah tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat Sasak, di Tempat Kemaliq itulah moksanya Raden Mas Sumilir, seorang Mubaliq pembawa risalah agama Islam
Keberterimaan dan kebersamaan ini Kekinian sudah menjadi even kegiatan Kepariwisataan masyarakat Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat” sambungnya