NTB - Keributan dan aksi saling kejar kejaran terjadi dalam acara Peresean Bupati Cup atau Merdeka Cup II di Lapangan PSLT pada Selasa (3/9). Diketahui, kericuhan berlangsung sekitar pukul 18:10 Wita setelah pembacaan hasil penilaian dewan juri.
Terkait dengan Keributan tersebut Kabid Kebudayaan Dikbud Provinsi NTB Lalu Abdurrahim angkat bicara, Ia menyayangkan terjadinya keributan tersebut. Menurutnya Presean ini Bagian dari Ritus Warisan Budaya yang Unik dan fenomenal Yg didalamnya ada unsur-unsur Kearifan, Rasa, kecekatan, ketangkasan, kecerdasan spiritualitas dan lain-lain.
“Jadi Peresean memang ajang Pertarungan Single atau satu lawan satu, Kalah menang langsung ditentukan instan oleh Juri tengak dan dikawal para Pekembar. PRESEAN niki bukan seperti orang olahraga biasa, bukan kompetisi seperti tarian, bukan seperti lari maraton atau sepak bola yg bisa dikasi nilai dengan akumulasi angka-angka. Bukan begitu! Sehingga ini tidak bisa jadi lomba cari JUARA” ucap Mamik Ahim diruang kerjanya.
Dalam PRESEAN itu mengandung unsur Ritus Budaya bahkan yg lebih kedalam lagi dasar-dasarnya penuh dengan anasir-anasir Ritual & kedigjayaan Spiritual pribadi maupun Komunitas-komunitas yang ada didalam suku bangse Sasak .
“Orang luar yg melihat dari jauh itu adalah Horor, heroik bengis dan Lain-lain. padahal tidak sama sekali. Karna Presean merupakan Perekat dan sumber ikatan Tali Silaturahmi yang kuat sesama bangse Sasak”. Bahkan diluar arena para Pepadu itu akan ;
Saling Pesilak
Saling Ayoin
Saling tulung
Saling siru
Saling langarin
Saling kangen dan lain-lain”. Sambungnya
Mik Ahim juga menyoroti terkait sistem penjurian untuk mencari juara dimaksud, Pasalnya kurangnya Koordinasi para Generasi Baru dengan para tokoh-tokoh Pepadu Sasak yang sudah Sepuh senior dan sesepuh pegiat Presean di Gumi Sasak.
Semestinya sebelum mengadakan lomba pertandingan Turnamen dan lain sebagainya yang di istilahkan, sehingga kita akan keluar dari pakem makna-makna yang terkandung didalam tradisi budaya presean tersebut.
pada dasarnya Presean ini, bukan sekedar olahraga tradisi yang hanya dilihat sebagai olah seni semata akan tetapi sejarah keberadaanya perlu dipahami.
Lalu Abdurrahim (Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB) |
Konon Presean ini bermula, dikenal sejak abad 13 yang pada saat itu fungsinya sebagai Ritual Adar tradisi meminta hujan kepada yang Maha Kuasa. Bilamana terjadi kemarau panjang, sedangkan sudah musim hujan namun bumi masih dalam kekeringan karna Hujan tidak turun bertahun tahun, ranting-ranting pohon mengering bersama dedaunannya yang rontok, rumput-rumput ilalang sudah gosong dicelah-celah bebatuan.
Hewan dan binatang ternak menjulurkan lidahnya karna kehausan. Pada saat itulah, warga masyarakat berbondong-bondong menuju lapangan (alun-alun) dan berkumpul bersama. Disitulah semua mencurahkan rasa kepahitan dan kepedihan ditrik panas Matahari. Lalu kemudian beberapa pemuda menuju arena untuk mengadu ketangkasan sambil menghunus kerisnya masing-masing. Demikianlah dinamakan begelepukan (Mesiyat Perang tanding).
Belum ada sumber yang menceritakan sampai pernah ada korban meninggal dunia, namun hanya cukup goresan luka luka kecil. Begelepukan atau Mesiyat pakai Keris saling galah ,jika ada yang keteter atau terkena maka Cukuplah Ia mengatakan CUP arau NCUP ,maka Pantang lawannya akan menyerang lagi
Lalu Setelah adanya cucuran Darah yang menetes kebumi karena sabetan atau tusukan keris diyakini akan mendatangkan hujan. Dan peristiwa itu sering terjadi sehingga secara terus menerus dilaksanakan bilamana terjadi kemarau panjang. Namun lambat laun bilah-bilah keris tergantikan dengan batang-batang rotan beriring dengan perkembangan jaman sehingga orang mulai menggunakan ende dan penjalin.
Lalu kemudian kocap Cerite jadilah Presean yg berasal dr kata PRIZE atau supot atau dukungan penghargaan dalam bentuk Hadiah ,Sabun ,handuk ,kain dll
Namun ada juga versi pemaknaan Sasak paer Timur mengatakan PRESEAN itu asal kata PER ISIAN ,jadi seorang Pepadu ksatria yg di isi dulu sebelum bertarung